Wednesday 14 July 2021

Benny Arnas: Cinta Tak Pernah Tua

 

CInta-tak-pernah-tua

“Tidakkah kalian tahu, kalau setelah hijrahnya Rasulullah, tak ada lagi hijrah di muka bumi ini, kecuali kesungguh-sungguhan untuk berbuat baik?

Cinta Tak Pernah Tua, adalah kumpulan cerpen yang ditulis oleh Benny Arnas, pria kelahiran Lubuklinggau, 8 Mei 1983. Sebelum dibukukan, semua cerita pendek dalam “Cinta Tak Pernah Tua” telah dipublikasikan di berbagai media nasional tahun 2011-2013.

Benny Arnas dikenal sebagai penulis cerpen koran yang produktif dan aktif di banyak portal media. Namanya menjelajahi panggung penulis nasional sejak 2009, ketika menerima hadiah sasrta Batanghari dari Gubernur Sumsel. Tahun-tahun berikutnya semakin bayak karya yang mengantar pada level yang lebih tinggi.

Cerpen Terbaik Dalam Cinta Tak Pernah Tua

Jika diperhatikan, dari dua belas cerpen dalam buku ini, enam diantaranya saling terhubung melalui kisah para tokoh utamanya. Kehidupan Samin yang pensiunan veteran pejuang kemerdekaan penuh dengan lika-liku sehingga menciptakan banyak cabang cerita.

Bagi saya, cerita paling menarik dalam buku ini berjudul “Belajar Setia” dan “Senja yang Paling Ibu”. Adalah kisah tentang Mayang, mantan pacar Samin, tokoh utama dalam beberapa bagian buku ini. Ehm, mungkin sebaiknya kuceritakan sekilas siapa Samin.

Mantan pejuang yang di akhir hidupnya sempat mendapat pengakuan sebagai veteran dan pensiunan dari pemerintah ini di masa mudanya menikah dengan Maisaroh. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai 3 orang anak. Dua diantaranya meninggal dengan cara tidak wajar, akibat kena hujan panas.

Satu yang tersisa, Misral namanya. Suatu hari Misral merantau jauh ke Aceh, bertemu Mayang. Di situlah ia baru tahu bahwa sebelum menikah dengan ibunya, Samin pernah mencintai Mayang. Sayangnya pernikahan mereka gagal karena penolakan keluarga Mayang. Kisah mereka terhenti padahal sudah direncanakan berlanjut.

Buku lain: Mengatasi Stres

Setelah penolakan keluarganya, Mayang sempat mengirim surat kepada Samin untuk melarkan diri. Naasnya, surat itu ditemukan oleh ayah Samin sebelum sampai dan dibaca anaknya. Alamat, isi surat itu tak pernah dibaca oleh Samin. Sementara Mayang setia menunggu hingga usianya beranjak senja.

Lalu di cerita Senja yang Paling Ibu, Mayang menasehati putri angkatnya yang dipungut dari tempat sampah, yang hendak merantau untuk kuliah. Cerita ini memiliki pesan filosofis yang begitu dalam. Seperti pohon yang tumbuh tanpa tergesa-gesa, begitu juga manusia, selayaknya tumbuh sesuai usia dan masanya.

Ada banyak hal yang harus disyukuri ketimbang menyumpahi takdir yang tidak sesuai dengan ego diri. Ada takdir yang harus lebih diterima daripada menolaknya kemudian merasa hidup terasa sempit dan masalah paling banyak dibandingkan orang lain. Dari sekian banyak cerita, selalu ada pesan yang ingin disampaikannya lewat kisah Samin dan orang-orang terdekatnya.

Sesungguhnya benar bahwa Cinta Tak Pernah Tua, sebanyak apapun angka yang telah berhasil dikumpulkaannya. Jika pun ternyata seiring senja yang datang rasa itu perlahan hilang, maka bukan cinta yang pergi, melainkan hati yang tak kunjung pandai meneladani fitrah diri.

Buku lain: Bagi Waris Nggak Harus Tragis

Gaya Bahasa

Layaknya sastra koran yang banyak beredar hingga saat ini, jangan terlalu berharap untuk bertemu bahasa lugas ala artikel dalam kumpulan cerpen karya Benny Arnas. Pembaca selalu dituntut untuk berpikir kritis, analitis, sekaligus memikirkan hal-hal magis yang mungkin menjadi pendukung cerita.

Pembaca yang jarang atau tidak suka menikmati gaya bahasa sastra mungkin bis adibuat berkerut keningnya saat membaca bagian awal. Akan tetapi semoga eksan tersebut hilang setelah melewati dua atau tiga cerita dalam “Cinta Tak Pernah Tua”

Kisah lain: Cara menikmati kekayaan

Kesan Setelah Membaca

Mungkin ada banyak kesalahan hidup baik yang kita sengaja atau tidak, terjadi begitu saja. Kemudian peristiwa demi peristiwa menjelma menjadi takdir terbaik yang harus dilalui. Kewajiban kita selanjutnya bukanlah menyesal atas kesalahan, atau meratapi takdir yang harusnya tidak terjadi, tetapi menyiapkan masa depan agar lebih baik lagi.

Pelihara saja harta yang telah kau bawa sejak lahir, Nak. Kejujuran, kasih sayang, mencintai sesama, suka menolong... Bukankah harta-harta itu menyertai semua manusia?

Cinta Tak Pernah Tua-hlm.116

Identitas Buku

Judul                     : Cinta Tak Pernah Tua

Penulis                 : Benny Arnas

Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama

Tahun   terbit     : 2014 (Cetakan I)

ISBN                      : 978-602-03-0899-9

Tulisan sebelumnya: Pantai Paseban Jember

2 comments: