Monday 15 August 2022

Lulus SKD CPNS, Lanjut Siapkan SKB dan Perjalanan Nyasar Paling Mencekam

 

lulus-skd-cpns

Seleksi kemampuan dasar atau SKD adalah seleksi tahap dua dalam rangkaian proses penerimaan CPNS tahun 2021. Tahap pertamanya adalah seleksi berkas administrasi, kedua SKD, dan ketiga SKB atau seleksi kemampuan bidang. Ada tiga bidang soal yang diujikan di tahap SKD ini. Pertama TWK atau tes wawasan kebangsaan, kedua TIU atau tes intelejensi umum, dan TKP atau tes kepribadian.

Setiap peserta tidak tahu langsung apakah skor yang diperolehnya yang langsung muncul sesaat setelah selesai mengerjakan soal di tahap SKD akan membawanya ke kursi SKB. Karena untuk masuk SKB, ada perangkingan yang akan diambil 3x jumlah formasi. Misalnya formasi yang diambilnya membutuhkan 3 orang, maka peserta lulus SKD yang akan masuk SKB adalah 9 orang.

Passing Grade SKD

Selain system rangking, hasil SKD peserta juga ada batas minimal nilai di setiap sub tes. Untuk seleksi CPNS tahun 2021, nilai passing grade tes TWK adalah 65, TIU 80, dan TKP 166. Artinya jika ada salah satu sub tes nilainya di bawah angka tersebut, maka tidak akan masuk perangkingan karena otomatis gugur sebagai peserta SKB. Meskipun secara jumlah keseluruhan cukup tinggi.

System ini memungkinkan peserta yang lulus masuk SKB memiliki pengetahuan dasar tentang kebangsaan, cerdas secara intelejensi, dan memiliki kepribadian yang baik. Meskipun tes ini bisa dipelajari dan diusahakan untuk seimbang hasilnya, melampaui nilai minimal, tetap saja nasib yang akan membawa peserta masuk ke daftar nama di SKB.

Tidak sedikit peserta yang mendapat skor SKD tinggi namun gagal masuk ke SKB. Karena nilai peserta lain di formasi yang sama lebih tinggi, dan formasi yang tersedia hanya sedikit. Misalnya formasi yang terbuka satu, otomatis yang masuk SKB ada 3 peserta. Jika setelah dirangking nilainya ada di peringkat 4, otomatis tidak bisa masuk SKB meskipun nilainya tinggi.

Lulus SKD? Lulus!

Nilaiku, sejujurnya lebih rendah dari teman sekelas yang mengambil formasi di satuan kerja berbeda. Aku sempat pesimis bisa masuk SKB. Karena khawatir nilai peserta lain jauh lebih tinggi dari nilaiku. Di sisi lain, aku yakin Allah mengabulkan doaku. Jika tidak, maka pasti Allah sudah siapkan ganti yang jauh lebih baik untuk masa depanku.

Siapalah aku bisa mendikte kehendakNya. Aku cuma hamba yang mengharap ridhaNya di setiap kesempatan. Aku percaya, Allah menyayangi ibuku dan hanya akan mengabulkan apa yang terbaik bagiNya untukku. Jika memang pilihan ini baik untuk dunia dan akhiratku, maka pasti ada jalan dan kesempatan untuk terus melangkah.

Keyakinanku itu berbuah indah. Pada bulan November 2021, pengumuman hasil integrasi nilai SKD menunjukkan namaku masuk ke tahap SKB. Aku semakin yakin, Allah selalu mengawasi dan menyayangiku lebih dari yang kutahu. Untuk tahap ini, aku memilih lokasi ujian di Jogja. Provinsi kelahiran yang bisa jadi alasanku untuk “pulang".

lulus-skd-cpns


Tes SKB Seminggu di jogja

Seminggu? Yes! Awalnya nggak ada rencana selama itu ikut ujian seleksi CPNS di Jogja. Dalam seleksi SKB, ada enam sub tes yang diujikan, empat diantaranya melalui system Pusmenjar (menggunakan computer, real time), dan dua lainnya jadwal menyusul.

Empat sub tes yang harus diselesaikan menggunakan system di computer adalah literasi dikbud/ tri darma, Bahasa inggris, pemecahan masalah, dan aspek psikologi. Setiap sub tes memiliki nilai ambang minimal yang harus dilampaui peserta agar lulus di tahap ini. Seperti Bahasa inggris, minimal harus benar 4 soal dari 16 soal yang diberikan. Jika ada yang kurang, otomatis statusnya TMS/ tidak memenuhi syarat lulus.

Kupikir antara tes berbasis computer dengan dua tes lainnya yaitu micro teaching dan interview jaraknya akan lama. Ternyata dua hari setelah ujian computer, diumumkan jadwal micro teaching hanya 4 hari setelah pengumuman itu dibuat.

Jadi awalnya aku berencana pulang setelah tes computer, harus extend sampai seminggu kemudian. Semakin dekat jadwal tes, semakin gugup rasanya. Untung waktu itu numpang tempat kak Ayu, teman ODOP lainnya yang sudah seperti kakak sendiri. Seminggu numpang di kos kak Ayu gratis, bahkan beberapa kali ditraktir makan. Sungguh seperti menemukan saudara. Makasih ya kak, sampai kapanpun aku ingat moment itu.

Sehari sebelum jadwal micro teaching dan wawancara, baju putihku yang harus jadi seragam masih di laundry dan belum bisa diambil. Akhirnya pinjam baju kak Ayu, meskipun putihnya ada motif. Untung itu tes online. Jadi nggak keliatan motifnya di kamera laptop yang masih VGA. Hahaha..

Pulang dan Peristiwa Nyasar Paling Mencekam

Setelah seminggu, aku pulang ke tanah kelahiran. Ke rumah Pakde dan Bude, orang tua keduaku. Mereka menunggu sejak sore, ketika aku baru selesai ujian. Sementara adik yang menjemputku agar kami kesana bareng, mengajakku mampir ke café dekat Bukit Becici.

Tempatnya daerah pegunungan di Kecamatan Dlingo. Sudah hampir maghrib ketikakami sampai di sana. Perjalanan pulang dari café inilah yang jadi acara nyasar paling mencekam sepanjang sejarah hidupku.

Kalau kalian tahu daerah Gunungkidul, pasti paham jalanan di sana banyak naik turun dan  berada di tepi jurang. Sialnya, saat pulang aku salah menembak map arah rumah. Harusnya pakai petunjuk arah dengan kendaraan mobil agar diarahkan hanay ke jalan besar. Yang terjadi adalah aku memilih motor, kemudian bencana itu terjadi.

aku-dan-adik


Kami diarahkan masuk ke perkampungan, jalanan kecil naik turun, dan sampai di persimpangan yang kenyataannya adalah kebun! Tidak ada jalan yang harusnya kami lewati di depan. Hanya kebun gelap yang jelas bukan arah kami pulang. Rasanya lemas, sekujur tubuh kaku karena menahan diri agar tidak melorot di boncengan. Dari sekian banyak perjalananku bersamanya, inilah yang paling mencekam.

Otakku berhenti bekerja, hanya lisan yang tak berhenti mengucap dzikir agar diri ini tidak dikuasai setan atau menangis tanpa kendali. Untungnya kami nyasar belum terlalu malam. Ada dua orang, laki-laki dan perempuan yang kemudian menyapa kami, menanyakan ingin kemana. Kemudian setelah menyebutkan tujuan, mereka menuntun kami ke jalan yang benar.

Ternyata kami menyasar cukup jauh. Ada sekitar 15-20 menit perjalanan menuju jalan besar. Lega, campur ingin menangis, tapi capek. Kami mencari masjid terdekat karena belum sholat maghrib, padahal isya’ sudah berlalu. Ternyata lebih dari 1 jam kami nyasar.

Wajahku pucat, kata adik. Jelas, aku ketakutan. Seandainya kami tidak bisa kembali, apa yang akan terjadi? Tepi jalan yang kami lewati tadi adalah jurang. Untung hari itu tidak hujan deras. Kalau iya, mau jadi apa kami? Jangankan mikir hasil ujian seleksi CPNS, mikir saat itu belum sampai di rumah saja sudah bikin lemas. Catatan mengenai hasilnya nanti di post berikutnya aja, ya. Udah panjang banget ini tulisan. Hehe..

No comments:

Post a Comment