Monday 15 August 2022

Seleksi CPNS Dosen: Mimpi Ibu yang Menjadi Mimpiku

 

tes-cpns-dosen

Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi disebutkan bahwa ridha Allah terdapat pada ridha orang tua, marahnya Allah terdapat pada marahnya orang tua. Tentu hal ini bukan tanpa alasan dan relevan dengan kondisi umum. Jika ada kondisi khusus orang tua marah atau ridha bertentangan dengan syariat Allah, tentu tidak termasuk dalam konteks pembahasan hadits tersebut.

Pada post sebelumnya kusebutkan bahwa studi magister yang kujalani bukanlah untuk mengikuti seleksi CPNS suatu saat setelah lulus. Akan tetapi pemikiran ibu yang menginginkan anaknya menjadi dosen, tentu menjadi perhatian khususku. Sementara aku tidak punya cita-cita atau rencana yang lebih baik dari itu, maka tidak ada salahnya kuusahakan.

Hidup Untuk Mimpi

Bukankah memang beginilah hukum hidup, ketika kita tidak punya tujuan, rencana, atau mimpi yang cukup besar, maka mimpi atau rencana orang lain lah yang harus kita wujudkan. Ibu, adalah sosok paling penting dalam hidupku. Seandainya boleh menentukan pusat perhatian dalam hidup, aku memilih ibu.

Tentu saja itu berlaku selama aku belum menikah, setelahnya nanti, tentu suami yang menjadi pemimpinku dunia akhirat. Termasuk tentang mimpi, tidak mudah untuk menetapkannya sebagai sesuatu yang layak diperjuangkan, kan?

Setelah hampir 2 tahun tinggal di rumah, kondisi Kesehatan ibu semakin membaik. Aku merasa, inilah saatnya melanjutkan fase hidup. Orientasiku untuk tidak selamanya akan tinggal di rumah, rupanya mulai menemukan jawaban.

Awal tahun 2021 di akhir bulan Januari, ada lowongan dosen di Bogor, kecamatan Leuwiliang. Bulan Februari, dua kali bolak balik ke kampus mengikuti proses seleksi dan dinyatakan lulus. Seleksi dosen ini bertujuan mengisi kekosongan posisi awal tahun ajaran baru, untuk jurusan yang baru akan dibuka.

Secara otomatis, selama Februari sampai awal tahun ajaran baru masih bisa menunggu di rumah. Sambil menunggu proses izin mereka selesai, ada fee yang mereka bayarkan per bulan karena ijazah digunakan untuk izin operasional. Sudah dapat gaji, belum kerja. Status dosen pula. Alhamdulillah kan?

Bogor Coret, Daftar CPNS

Memilih untuk memperjuangkan mimpi memang tidak selalu mulus jalannya. Meskipun hidup kita sudah dipertaruhkan untuk itu. Siapa yang bisa menjamin apa yang akan terjadi esok hari sesuai dengan rencana atau angannya? Tidak seorang pun. Masa depan adalah misteri bagi semua makhluk.

Sampai bulan Juni, kami belum mendapat kepastian kapan harus berangkat ke Bogor. Atau apakah benar-benar jadi atau tidak berprofesi sebagai dosen di sana? Izin operasional mereka belum turun. Jumlah mahasiswa yang akan masuk ke jurusan kami juga belum pasti.

Jumlah mahasiswa dalam satu jurusan memang sudah ditentukan minimalnya, demi turunnya izin operasional tersebut. Jika mahasiswa yang berminat di jurusan tersebut kurang dari target, tentu izin batal diturunkan. Sementara bulan Juni memang penerimaan mahasiswa baru di PTN masih berlangsung. Sesuai budaya, PTS harus bersabar hingga setelahnya.

Pendaftaran CPNS 2021

Nah, akhir Juni-awal Juli itu ada info pembukaan CPNS 2021. Sambil menunggu kepastian kabar dari Bogor, tentu harus ada rencana cadangan yang diciptakan. Ibu memintaku mendaftar CPNS kali ini. Untuk posisi dosen, ada dua kementerian yang memungkinkan menerimaku sesuai dengan bidang studi: Kemenag dan Kemdikbudristek.

Tahun sebelumnya pendaftaranku di Kemenag berakhir di meja ujian tahap SKB. Masih segar dalam ingatan apa saja poin pertanyaan pewawancara dan penguji saat micro teaching. Aku juga ingat betul, saat itu tidak ada rincian nilai SKB dari setiap sub bagian dari tahap ini.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, aku cenderung memilih Kemdikbudristek. Siapa tahu namaku nanti masuk daftar peserta lulus, kan? Kalau nggak, ya anggap saja memang bukan di situ nasibnya, sesimpel itu pemikiran saat mewujudkan mimpi. Mau dibuat berat juga bisa sih, tapi kalau bisa menyederhanakan, kenapa harus repot, kan?

Apalagi pilihan yang muncul di formasi Kemenag ada di beberapa kota yang bagiku kurang menarik untuk ditinggali dalam jangka panjang. Kan kalau lulus (kalau lulus, nih) bakal tinggal lama di situ. Sementara Kemdikbudristek, ada Bandung, Tasikmalaya, dan Jakarta yang masih kuragukan bisa meluluskan administrasi berdasarkan dokumen ijazahku.

Sebenarnya aku merasa agak aneh, ketika formasi S2 Keuangan dan Perbankan Syariah yang tersedia di Universitas SIliwangi masuk FE, bukan FAI. Padahal tidak ada jurusan perbankan syariah di Unsil, adanya Keuangan dan Perbankan konvensional. Ada jurusan Ekonomi Syariah di FAI, tapi tidaks esuai dengan ijazahku yang jelas menyebutkan prodi Keuangan dan Perbankan Syariah.

Soal ini, ada cerita menarik yang baru kuketahui, insya Allah nanti akan kutulis dalam sesi tersendiri.

Pilihan amannya hanya ada Bandung  dan Tasikmalaya. Aku memilih Tasikmalaya, yang jarak tempuhnya paling lama 9 jam naik kereta dari Jombang. Sementara kalau ke Bandung, jaraknya sama seperti ke Jakarta. Setelah minta pertimbangan orang tua, kupilih Tasikmalaya.

Saat pendaftaran itu juga, sudah ada pilihan tempat mengikuti SKD, ujian tahap pertama setelah lulus seleksi administrasi. Aku memilih Jakarta karena menyesuaikan rencana Agustus pindah ke Bogor. Ya, walaupun sampai saat itu kabar dari Bogor belum pasti. Kalau memang harus dari Bogor, lokasi ujian terdekat memang Jakarta. Akan sulit nanti misal harus pulang.

Agustus 2021

Agustus awal, baru ada kepastian dari Bogor. Mereka tidak bisa mendapatkan izin operasional sesuai jurusanku saat itu, karena mahasiswa yang berminat kurang dari kuota minimal. Oke, Bogor dicoret dari daftar perjalanan berikutnya.

Sementara itu, pengumuman hasil seleksi administrasi CPNS belum diumumkan. Sudah tidak mungkin mengubah lokasi ujian SKD senadainya lulus. Jadi kalau namaku masuk daftar SKD< ya harus persiapan ke Jakarta. Untuk itu, aku mulai menabung. Minimal nanti kalau kurang, tidak terlalu banyak minta sumbangan orang tua.

Persiapan Ujian SKD di Depok

Singkat cerita, namaku benar-benar masuk dalam daftar lulus seleksi administrasi dan harus mengikuti SKD di Depok, bulan Oktober berikutnya. Aku tidak tahu pasti apa yang harus kupelajari untuk menyelesaikan ujian ini? Bahan belajar ujian SKD tahun sebelumnya hanya kubaca ulang, kadang paham, seringnya enggak. Apalagi bagian TWK. Pengetahuan wawasan kebangsaan membuatku merasa bodoh  sebagai WNI.

Bagian intelejensi umum dan kepribadian, aku banyak belajar dari channel Telegram. Baca buku, lihat YouTube, dan banyakin doa. Yakin aja, kalau rezeki nggak akan kemana. Kata Mbak yang juga bulik sekaligus tetangga, ikut seleksi CPNS itu seperti ikut undian. Lulus alhamdulillah, nggak juga nggak perlu menderita.

Sekarang sudah bukan zaman lulus CPNS dengan uang. Lulus itu mengandalkan kemampuan dan doa. Mampu tapi belum nasib, ya nggak bakal lulus. Kalau sebenarnya nggak mampu, ya udah pasti nggak akan lanjut ke tahap selanjutnya. Sesederhana itu.

Pertengahan Oktober 2021, aku berangkat ke Jakarta. Niat pertama adalah ikut ujian, kedua jalan-jalan, ketiga tengok keluarga tante dan adik sepupu, keempat ngabisin tabungan. Semua niat terlaksana dengan baik, alhamdulillah.

Sampai Jakarta malam, langsung ke Depok disambut Dita, teman dan adik nemu di ODOP. Besoknya ujian dipinjami bapaknya motor ke FK UPN Veteran yang ada di Depok. Bukan kebetulan, Allah mengaturnya tidak jauh dari rumah Dita. Makasih banyak, Dita... sudah jadi bagian dari perjalanan penting dalam hidupku.

blog-dunia-kifa


Lulus? Lulus!

Sesaat sebelum ujian aku tidak ingat lagi materi yang kupelajari dua bulan sebelumnya, otakku hanya mampu berdoa, “Ya Allah, pengen nilaiku cukup untuk masuk SKB nanti. Aamiin.”

Selanjutnya kukerjakan soal demi soal dengan pasrah, sebisanya, ikhlas berapapun nilai yang akan kudapat nanti. Lima menit sebelum waktu habis, semua soal sudah selesai kukerjakan. Kulihat kanan dan kiri, sedikit yang sudah selesai. Sebagian lain masih terpaku pada layer, berusaha selesai sebelum waktu habis.

Dadaku bergemuruh, seolah berpacu dengan harap, sekaligus takut realitanya tidak sesuai dengan ekspektasi yang terlalu tinggi. Lisanku terus berdzikir, sebisanya, seingatnya. Aku memejamkan mata, menekan tombol “klik” tanda selesai ujian. Nilai segera diproses oleh system. Tercatat angka 396 di layar. Dengan rincian 85 untuk TWK, 135 untuk TIU, dan TKP 176.

Angka yang tidak terlalu tinggi, jika dibandingkan peserta lain yang katanya di atas 400, bahkan hampir mencapai angka 500. Aku tidak kecewa dengan nilai itu. Biasa saja. Toh doaku memang bukan minta nilai tinggi, tapi cukup untuk masuk ke tahap selanjutnya. Aku tidak tahu berapa nilai peserta lain yang mengambil formasi sama saat itu.

Apakah doaku di seleksi CPNS tahap SKD ini terkabul? Nantikan postingan berikutnya ya. Kalau mau baca cerita sebelum ini, bisa klik link tulisan mulai dari perjalanan sebelum daftar CPNS dosen, alasan kuliah S2, cerita saat memilih jadi guru Al Qur’an, juga usaha herbal untuk bertahan hidup di rumah dengan status pengangguran. Semoga ada hikmah yang bisa diambil setelah membacanya.

No comments:

Post a Comment