Wednesday 7 December 2022

Quality Time #SuamiIstriMasak Pasangan Paruh Baya Bersama ABC

 

kecap-abc

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Elaine Hatfield tentang ketahanan cinta pasangan menunjukkan hasil menarik. Pertama, perasaan pria ternyata bisa lebih mencintai pasangannya, bukan sebaliknya. Namun, tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam seberapa banyak pria dan wanita bisa saling mencintai. Kabar baiknya, sampai saat ini para peneliti tidak berhasil mengukur besaran cinta secara empiris.

Kedua, waktu tidak memiliki efek yang lebih korosif pada perasaan cinta wanita yang penuh gairah daripada mencintai pasangan — keduanya agak menurun seiring bertambahnya usia hubungan. Hasil penelitian ini kurang lebih mendukung anggapan kebanyakan orang bahwa 5 tahun pertama usia pernikahan adalah masa kritis.

Ada pemahaman yang berkembang bebas di masyarakat, katanya cinta dalam pernikahan hanya bertahan pada dua tahun pertama. Selebihnya pasangan bisa saling bertahan bukan lagi karena perasaan, tapi tanggung jawab, persahabatan dan komitmen.

Anggapan ini belum bisa dibenarkan secara empiris. Karena terbukti sampai saat ini, meskipun benar bahwa banyak angka perceraian terjadi pada usia pernikahan di bawah 5 tahun, tapi dominan penyebabnya adalah faktor ekonomi, bukan hilangnya cinta. Toh meskipun cinta “habis” seiring waktu, masih ada komitmen, tanggung jawab, dan mungkin banyak peristiwa yang bisa menumbuhkan perasaan itu kembali atau bahkan lebih dahsyat.

Sementara dalam terminology berbeda, saya tiba-tiba teringat pernah membaca sebuah ungkapan, “Setiap cinta datang bersama sebab, dan akan hilang bersama hilangnya sebab”. Bisa jadi, ekonomi menjadi sebab datangnya cinta, semakin tinggi tingkat penghasilan, semakin besar rasa cinta. Bagi orang lain, perhatian bisa jadi penyebab datangnya cinta, dan sebagainya.

Kenali Bahasa Cinta Pasangan Sedini Mungkin

Saat ini kita lebih mengenal “love language” atau bahasa cinta sebagai salah satu sebab datangnya parasaan istimewa tersebut. Istilah ini dipopulerkan oleh para psikolog yang mengajarkan adanya perbedaan afirmasi cinta setiap orang. Ada yang sikapnya dalam melayani pasangan adalah ungkapan cinta tanpa kata, ada yang harus jelas diucapkan “I love you”, baru bisa percaya sedang dicintai oleh pasangannya.

Uniknya, ada juga orang yang memilih quality time bareng pasangan sebagai bahasa cinta paling layak dinikmati. Nonton TV bareng, saling berbagi pekerjaan rumah saat libur, bahkan memasak bersama bisa menjadi penguat cinta yang hebat. Kalau sudah kenal dengan bahasa cinta pasangan dan mampu beradaptasi satu sama lain, mungkin usia kritis dalam pernikahan tidak akan lagi dikenal di masa depan.

Hanya saja untuk mengenali bahasa rahasia ini, setiap orang perlu melakukan observasi yang tidak selalu sebentar. Ada yang butuh waktu bertahun-tahun untuk mengetahui apa yang paling menarik minat pasangannya. Karena sejatinya manusia, lebih mudah untuk merasa ingin dimengerti, dibandingkan dengan harus memahami pribadi orang lain.

Biasanya, cara paling mudah mengenali bahasa cinta pasangana dalah dengan memperhatikan kebiasaan yang membuatnya bahagia. Jika ia lebih suka mendapat pujian dan ucapan “Kamu hebat. Aku bangga menjadi pasanganmu”, dibandingkan dengan menerima hadiah bunga, berarti dia type words of affirmation.

Kalau pasangan lebih suka menerima kejutan berupa hadiah atau semacamnya, berarti bahasa cintanya adalah menerima hadiah. Bagi saya pribadi, bahasa cinta paling menarik untuk dibahas adalah quality time. Tidak peduli berapa menit atau jam bisa bersama setiap hari, jika benar-benar berkualitas pasti bisa menguatkan dan meningkatkan perasaan cinta pada pasangan.

Sisi paling menarik dari quality time bagi pasangan adalah begitu banyaknya kegiatan yang bisa dimodifikasi agar dapat dilakukan bersama-sama. Selain meringankan tugas harian, kegiatan ini sangat menguras energi dan kesungguhan. Setelah selesai, bukan hanya cinta yang bertambah tapi pasti ada karya yang dihasilkan.

Seperti memasak bersama misalnya, suami istri bisa memilih menu sederhana tapi disukai, bahannya mudah didapat dan tidak ribet saat proses memasak. Suami yang perhatian pasti ingin membantu apapun yang dibutuhkan istrinya. Saya hampir yakin, ketika ini dilakukan, dapur bisa jadi lebih berantakan dari biasanya.

Sebagai imbalannya, komunikasi yang baik saat memasak bersama bisa menjadi momentum berharga bagi kedua pihak. Inilah realita yang tercermin nyata dalam eksperimen yang dilakukan oleh Kecap ABC.

Suatu hari, manajemen mengundang beberapa orang istri dan ditantang memasak. Tanpa sepengetahuan mereka, para suami didatangkan tepat ketika mereka hendak mulai memasak. Apa yang terjadi? Para istri yang awalnya berpikir melibatkan suami adalah pilihan buruk, berubah pikiran setelah selesai memasak dibantu suaminya.

Bagian dari tulisan ini terinspirasi dari hasil dokumentasi tim kreasi #SuamiIstriMasak Kecap ABC pada video berikut: 



#SuamiIstriMasak, Mencegah Hubungan Retak

Ternyata, kegiatan #SuamiIstriMasak bisa jadi sangat menyenangkan. Tidak peduli seberapa lelah dan lapar, kegiatan memasak dibantu pasangan bisa menjadi daya tarik keduanya untuk saling memahami, menumbuhkan dan merawat cinta. Bicara tentang kolaborasi pekerjaan suami dan istri, saya jadi teringat sebuah peristiwa di rumah.

Suatu petang, tidak ada makanan di rumah karena semua penghuninya sibuk seharian. Hanya ada bakso bulat tersimpan di freezer, tahu di rak chiller dan sedikit sayuran lain di loker bawah.  Ayah yang sudah siap makan malam belum melihat apapun di meja otomatis bertanya apa menu makan malam itu.

Ibu tidak menjawab, mungkin karena lelah. Kuperhatikan saja tingkah laku suami istri paruh baya itu diam-diam dari kamar yang berada tepat di depan dapur. Meski tanpa kata, ibu pergi ke dapur, menyalakan kompor dan merebus air. Kemudian membuka freezer dan mengambil beberapa butir bakso. Ayah langsung tanggap, “Wah, bakso ya? Kayanya enak nih kalau bikin bakso lengkap.”

Tanpa diperintah, ayah mengambil tahu di kulkas dan memotongnya, lalu menggoreng sampai kering. Sementara ibu menyiapkan bakso dan kuahnya, tidak lupa menambahkan beberapa cabai rawit sebagai bahan sambal. Tak lama kemudian, tahu goreng ayah siap. “Nih yah, sekalian potongin seledri sama sawinya.” Ibu menyerahkan beberapa tangkai seledri segar yang sudah dicuci bersih.

“Potong kecil atau besar?” aku tahu, pertanyaan itu hanya basa-basi. Ibu yang awalnya cuek, diam-diam tersenyum.

Sepanci bakso dan kuahnya tersaji beberapa menit kemudian. Di piring lain, tahu goreng ayah sudah siap untuk siapapun yang mau menjadikannya pelengkap. Ibu kemudian meletakkan botol berisi kecap ABC dan sambal di dekatnya. “Makan bakso harus pakai kecap biar enak,” seru ayah riang. Menu makan keluarga ini terselamatkan berkat suami istri paruh baya yang mau masak bersama.

bakso-kecap-abc

Aku membayangkan jika ibu memilih egois setelah lelah dengan kegiatannya seharian. Kemudian ayah memilih marah sebagai pelampiasan, apa yang akan terjadi? Sudah pasti hubugan suami istri begitu mudah retak, bahkan hancur. Dengan kegiatan #SuamiIstriMasak, sebuah hubungan bisa terselamatkan. Tentu penyebabnya adalah kemauan untuk menurunkan ego dan saling memahami kebutuhan.

Kampanye #SuamiIstriMasak Kecap ABC Dari Tahun ke Tahun

Apakah semua suami sejak zaman dahulu mau begitu perhatian dan membantu istrinya? Tentu saja tidak. Hanya sebagian kecil, mungkin. Sudah menjadi rahasia umum penduduk Indonesia, bahwa sosok suami adalah pemimpin, kepala rumah tangga, dan pengendali keputusan. Sementara para istri banyak berperan sebagai pengendali teknis dalam rumah tangga.

Sampai pada tahun 2018, tim kreatif Kecap ABC menginisiasi kampanye #SuamiIstriMasak, menjadikannya sebagai ide iklan. Pada tahun 2019, kampanye ini diinisiasi sebagai Hari Kesetaraan Perempuan. Tahun 2020, kampanye ini dikembangkan melalui kolaborasi dengan platform edukasi untuk melibatkan anak-anak dalam kampanye Hari Kesetaraan Perempuan.

Tidak berhenti di situ, tahun 2021 Kecap ABC berkolaborasi dengan Titi Kamal dan Christian Sugiono untuk menekankan pentingnya kolaborasi suami dan istri di dapur. Satu hal yang menarik perhatian saya dari kampanye ini, adalah munculnya beberapa jurnal ilmiah yang menjadikan kegiatan #SuamiIstriMasak sebagai bahan riset.


riset-kecap-abc
Sebagian hasil riset yang dipublikasikan

Terlepas dari tidak semua riset tersebut menyebut keunggulan dampak kampanye, saat ini kita dapat merasakan manfaatnya. Dunia konten membuat dapur tidak lagi harus selalu dikuasai istri. Para suami sudah terbiasa ikut berperan aktif menghidupkan dapur dan mencampuri cita rasa masakan yang tersaji di meja makan.

Bukankah ini kabar baik? Apalagi faktanya di luar sana, ada begitu banyak laki-laki yang sukses meniti karir sebagai chef. Sungguh, memasak bukanlah aib bagi lelaki, bahkan bisa menjadi daya tarik luar biasa. Selain mendatangkan uang, ia juga bisa menjadi perekat cinta. Ah, jadi pengen punya suami nih biar bisa diajakin masak bareng. #eh

No comments:

Post a Comment