Friday 6 January 2023

Catatan Pelajaran Penting di Awal Tahun 2023

 

Happiness

Setelah menuliskan kesedihan di awal tahun 2023, rasanya penting juga bagiku menuliskan hal-hal menarik yang bisa menjadi pelajaran berharga pekan ini. Hidup harus seimbang, kan? Kalau ada yang bikin sedih, harus ada hal lain yang bikin bahagia.

Aku berniat menuliskan pelajaran penting di setiap pekan dan memublikasikannya di blog. Pertama untuk mengisi blog, kalau ada bahan meskipun random kan lumayan. Apalagi kalau bisa rutin, setahun bakal nambah 112 post blog minimal. Kedua, sebagai bentuk refleksi diri. Penting sekali rasanya mengenali apa yang membuat kita bahagia atau bersedih, dan belajar mengaturnya.

Ketiga, aku ingin belajar dari tulisanku sendiri. Suatu hari jika aku lupa peristiwa tertentu pernah terjadi, tetap bisa kubaca lewat tulisan dan ada hikmah yang pernah kusadari. Semoga cara ini bisa menambah syukurku di setiap tarikan napas dan detak nadi. Aku tahu tak akan pernah bisa jadi manusia sempurna, minimal bertahan jadi manusia baik sampai akhir hayat saja sudah cukup.

Pelajaran Penting Pekan Pertama di Tahun 2023

Baik, pelajaran berharga apa yang bisa kutuliskan pekan ini? Setelah beberapa saat berpikir, kuingat ada tiga hal penting yang perlu kuabadikan. Barangkali bisa jadi kebiasaan baik sampai akhir tahun dan tahun-tahun selanjutnya, maka akan lebih menarik. Berikut diantaranya:

1.      Olahraga Hampir Setiap Hari

Olahraga? Hampir setiap hari? Kamu? Serius? Pasti pertanyaan itu ingin sekali dilontarkan depan mataku langsung, oleh kalian yang tidak pernah melihatku olahraga. Kali ini aku sungguh-sungguh. Sepekan pertama di tahun 2023 ini, hampir setiap sore atau malam aku menyempatkan diri olahraga.

Bukan rutinitas istimewa sebenarnya sih, aku baru bisa melakukannya sekitar 15-30 menit sehari. Peregangan, senam aerobic, pilates, atau sekadar melakukan beberapa gerakan yang bisa membuat otot terasa lebih elastis. It’s not really a big deal, but I proud of it.

Dampaknya mungkin belum signifikan jika dilihat dari angka berat badan, tapi ketika merasa lebih ringan saat menjalani hari aku berpikir kebiasaan ini cukup baik. Tentu aku belum berniat menghapus kebiasaan berjalan kaki sekitar 20-25 menit setiap hari berangkat dan pulang kampus. Minimal sampai nanti jadi benar-benar pindah tempat tinggal dan merasa yakin untuk beli motor.

Jadi, 15-30 menit olahraga ringan ditambah 20-25 menit jalan kaki, sudah cukup baik kan untuk membakar lemak dan menetralisir emosi? Sayangnya kurasa kebiasaan ini belum efektif membuatku cepat tidur saat malam, tapi tidak masalah. Aku sedang berusaha bisa cepat tidur malam dengan mematikan sambungan internet dan membaca Al-Mulk setiap menjelang waktu tidur.

2.      Makan Cokelat Dengan Sebab yang Tepat

Pelajaran penting kedua di pekan ini adalah bisa makan sebungkus silverqueen 58 gr dengan sebab yang tepat. Malam itu aku merasa asam lambung naik, sehingga tidak bisa tidur dengan nyaman, cemas berlebihan, dan sempat ingin muntah namun tidak jadi. Kupikir aku sedang stress, tapi tidak tahu karena apa? Sebab lain yang bisa kuingat adalah saat siang minum kopi susu.

Sebentar, aku baru sadar bahwa ada kebiasaan baru yang tertanam dalam diriku. Bukan masalah yang membuatku stress kemarin, tapi rasa marah. Beberapa tahun terakhir aku merasa lebih mudah menangis dibanding dengan meluapkan amarah. Jadi ketika ada kesempatan marah dan tidak mampu menyelesaikan dengan baik, berubah jadi naiknya produksi asam lambung. Saat itu aku tidak mampu menangis, jadilah stress berkepanjangan. Ah... 

Aku sepakat dengan anggapan bahwa cokelat bisa meredakan stress dan mengembalikan mood baik. Malam itu kuhabiskan 2 bar dengan perasaan lega, meskipun setelahnya harus gosok gigi lagi sebelum beranjak tidur. Ternyata makan cokelat dengan sebab yang tepat bisa menghindarkan kita dari rasa bersalah, karena selama ini aku ingin menjaga makanan dengan yang sehat, tapi rupanya sesekali menikmati hidup itu penting. 

3.      Selesai Nonton Drama Korea: Love in Contract

Wow, pencinta drama korea rupanya ya? Sejujurnya tidak juga. Hanya beberapa yang menurutku menarik, kusempatkan menonton sampai tuntas. Definisi menarik bagiku, tentu bisa berbeda dengan definisi orang lain. Beberapa drama yang kata orang menarik seperti Café Minamdang, Golden Spoon, atau Under The Queen’s Umbrella, aku belum memutuskan untuk menonton sampai saat ini.

Beberapa drama ada juga yang sempat kutonton awalnya, tapi tidak kuteruskan karena bagiku kurang menarik. Poin pertama yang kunilai adalah alur ceritanya, kedua visual atau grafis film itu sendiri. Selanjutnya, aku tertarik menyelesaikan sampai akhir untuk menemukan rasa puas, karena ada beberapa hal yang bisa kuambil sebagai pelajaran penting.

Oke, jdi apa menariknya drama Love in Contract? Saat mengetik tulisan ini, sejujurnya aku ingin merangkum pelajaran berharga dari drama ini dalam satu tulisan utuh, sendiri. Hanya karena belum sempat, jadi harus kutunda. Semoga bisa realisasi pekan depan lah ya, insya Allah.

Poin paling penting yang bisa kucatat kali ini adalah: bahwa penting menjalani hidup seperti yang kita mau, agar apapun yang terjadi tidak perlu menyesal atau sakit hati. Maka sebelum benar-benar memilih, kita harus mempertimbangkan dengan benar, melihat peluang dan risiko, dan menyelesaikannya dengan baik.

Bahagia adalah Keputusan, Bukan Dipersyaratkan

Seberapa banyak pun pelajaran berharga yang bisa kutulis, satu hal yang paling penting ingin kutegaskan adalah bahwa kebahagiaan itu bisa diputuskan. Kebahagiaan tidak perlu ditunggu, apalagi dipersyaratkan. Kita tidak perlu merasa bahagia dengan syarat tertentu, atau menunggu sesuatu terjadi agar bahagia. 

Cukup ambil keputusan untuk merasa bahagia pada hari itu, setiap pagi. Maka apapun yag terjadi setelahnya, kita akan berusaha mencari celah untuk merasa bahagia. Mau bukti? Silakan buktikan sendiri.

Kadang mungkin realisasi dari keputusan untuk merasa bahagia itu tidak mudah, terasa menjadi beban tersendiri, dan akhirnya rasa sedih mendominasi. Tidak mengapa, kita memang manusia biasa yang masih bisa merasakan banyak ragam emosi. Terima saja, kemudian ikhlaskan perasaan itu menjadi bagian dari diri kita sementara. Setelah lega, ingat kembali bahwa kita sudah memutuskan untuk merasa bahagia. Jadi, tunggu apa lagi? Temukan alasan bahagia kita hari ini.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya….

No comments:

Post a Comment