Tuesday 19 September 2023

Drama Hidup Menjelang Akhir Agustus

 

Ruang-dosen

Ada hari-hari dalam hidup kita yang rasanya unik. Tanpa rencana, tapi banyak kejadian yang terasa akan sulit dilupa. Hari-hari unik itu mengusik niatku untuk menuliskannya, mengabadikan dalam cerita. Suatu saat jika kubaca kembali catatan ini, semoga aku tetap bisa tersenyum mengenang semuanya.

Pagi bernama Senin, 21 Agustus 2023 adalah hari yang sudah kusiapkan mental sejak malam sebelumnya akan menjadi hari yang cukup padat. Ada kelas Pengantar bisnis yang harus dimulai jam 7 pagi. Jatahnya selesai jam 9.30, bisa jadi lebih cepat jika memungkinkan. Karena jam 9 ada Workshop Bibliometrik di Hotel Santika, sekitar 10 menit perjalanan motor dari kampus dengan kondisi lalu lintas lancar.

Bangun sejak sebelum shubuh, kusiram tubuh agar tidak ada niat kembali menarik selimut dan terlelap selepas menunaikan kewajiban. Setelah rutinitas pagi selesai, kusiapkan sarapan dengan sebungkus mie instan, sepuluh butir bakso kecil dan secobek kecil sambal bawang yang diuleg bareng tempe kukus.

Iya, tempe sisa kemarin. Hari ini kondisinya sudah cukup matang jadi harus segera dihabiskan. Selesai sarapan, kulihat jam menunjuk angka 06.18. Rasanya ingin sekali aku melompat sambil ganti kostum dan berlari ke kampus. Eh mana bisa begitu? Penampilan saja masih acakadut, jadi kutahan keinginan diri menggunakan kekuatan super yang memang tidak kumiliki.

Setelah bergegas mencuci alat masak, aku pergi gosok gigi dan berwudhu. Sepertinya harus kusempatkan sholat dhuha karena tidak mungkin ada kesempatan nanti jika sudah berangkat dan bergelut dengan kesibukan. Aku melakukan persiapan secepat mungkin. Sisir rambut, tali kencang biar aman. Lanjut pakai pelembab, fondation, celak, lipstik, dan terakhir bedak.

Lanjut ganti baju, pakai kerudung, cek barang bawaan dan semua siap di jam 06.45. Doa selamat kurapal sambil bersepatu dan bersiap melangkah. Sampai kampus tepat waktu, alhamdulillah. Bahkan sempat ambil air minum sebotol sebelum masuk kelas.

Hari Penuh Drama Ini Tanpa Rencana

Rencana awal kuselesaikan kelas sebelum jam 9, apalah daya diskusi dengan mahasiswa selalu menarik untuk ditanggapi. Jadi, drama pertamaku adalah tidak sengaja membuat Teh Mira menunggu lebih dari setengah jam. Sungguh, jika ditinggal berangkat duluan aku tak apa. Sayangnya beliau terlalu baik, jadi ditunggunya aku sampai selesai dan kami masuk ballroom di jam 9.30, saat materi pertama baru dimulai.

Hari ini aku sengaja tidak puasa, terbayang sudah masakan ala hotel yang sayang dilewatkan. Hasilnya, saat makan siang salah satu menunya keasinan di lidahku. Alamat tak bisa kuhabiskan beberapa iris daging yang tampilannya cukup menggugah selera itu. Drama kedua kupikir sudah cukup seru untuk hari ini.

Jam 15.30 aku sudah selesai sholat dan ingin bersiap keluar ballroom lebih awal karena ada janji mengisi kelas Pengantar Bisnis yang akan dimulai jam 16.00. Kenyataannya, sulit sekali minta izin keluar duluan dan harus kupastikan tidak ada tugas yang terbengkalai sepeninggalku. Ternyata driver ojol yang kutumpangi memacu kuda besinya seperti siput yang dipaksa berlari.

Hasilnya, jelas aku harus terlambat 8 menit masuk kelas sore. Waktu ambil presensi di ruang atas, lengan kiriku tak sengaja nyantol di gagang pintu. Sudah pasti sobek. Mana nggak ada stok sweeter atau jaket di kampus. Sampai kelas malu mau pasang peniti, masih kutahan dengan tangan kanan karena sobekannya yang cukup lebar. Beberapa menit kemudian sadar setelah keluarkan laptop dari tas, termyata mouse ketinggalan di ballroom hotel. Alamak, cek lewat telpon teman yang masih di sana, benar memang. Tanpa pikir panjang aku menuju laboratorium jurusan dan mengambil satu mouse kabel di sana. Maaf ya Pak Kepala Laboratorium, besok tak kembalikan. Begitu batinku sambil pasang peniti di lengan kiri.

Sampai kelas, kumulai kuliah dan benar-benar selesai di jam 17.55, baru sadar presensi belum kuminta tanda tangan mahasiswa. Jadilah setelah tutup kelas, aku masih harus menunggu presensi selesai beredar. Sambil menunggu, kupastikan ada orang di luar ruangan yang kami pakai. Ternyata tidak, bahkan semua pintu keluar sudah terkunci rapat. Nasib.

Fakultas-ekonomi


Kucoba hubungi security fakultas, tak ada jawaban. Kucari nomor telepon satpam rektorat, tidak ada yang punya. Sampai kapan kami akan terjebak di dalam gedung yang sudah terkunci mungkin setengah jam lalu? Otak dan mataku bekerja cepat, melirik jendela di samping meja dosen yang sebelumnya tak sengaja kubuka karena penasaran di luar sudah gelap atau masih terang.

Kutawarkan pada mahasiswa, “Gimana?” Mereka kaget, “Serius Bu?” aku mengangkat bahu, tak ada pilihan lain. Mereka berseru, pengalaman unik mungkin buat mereka. Setelah berhasil kabur dari gedung fakultas, kutemui satpam yang kebetulan ada di samping gedung. Kuceritakan kronologinya dan info satu jendela yang tak bisa kututup rapat. Hehehe… Alhamdulillah beliau maklum.

Karena maghrib sudah cukup jauh, kuputuskan shalat di masjid kampus. Selesai sholat, kuhitung setengah jam lagi adzan isya’ berkumandang. Akhirnya kuputuskan menunggu isya’ sambil menyimak sosialisasi Kemendikbud soal tiga dosa pendidikan, baru pulang. Di jalan ingat stok sabun habis, maka mampir alfamart bisa jadi pilihan yang baik. Eh di dalam disapa mahasiswi. Aduh, semoga tak tampak lengan kiri yang masih sobek tadi. Kami berbincang sebentar sebelum kuteruskan memilih belanjaan.

Sampai kos disambut dua kucing jantan yang rebutan jatah makan. Hmmm.. terserah kalian yang penting makanan kusiapkan dua tempat. Selesai, cek HP ternyata ibu sudah menanti teleponku. Baiklah, sambil bercerita tentang hari ini kunikmati satu pouch yogurt dan dua slice roti tawar. Selesai telepon, kulanjutkan post test yang tadi masih tertunda saat di masjid. Belum selesai post test, ada video call masuk. Bergegas kucari kerudung yang nyantol di balik pintu. Gedabyakan. Rusuh. Sampai pintu tidak sengaja terdorong ke luar. Kukira dramanya sudah cukup sekali seharian ini.

Ternyata belum, saat semua hal rasanya selesai, aku ingin segera mandi lalu tidur, malah pintu kamar nggak bisa dibuka. Sempat beberapa detik berpikir keras, “Apa sebabnya?” Bepikir beberapa menit, sampai pada kesimpulan, “Sepertinya sheds lock nyantol, mengunci pintu dari sisi luar”. Aduh, naik jendela dan memperpanjang jangkauan tangan dengan pensil adalah satu-satunya cara yang terpikir sebelum harus berteriak memanggil bala bantuan. Jujur, malu kalau harus panggil tetangga selarut itu. Kan nggak lucu terkunci di kamar sendiri, konyol pula sebabnya.

Setelah beberapa menit berjibaku dengan pensil dan kunci Alhamdulillah, pintu bisa dibuka. Saatnya mandi, lalu tidur cantik. Beneran langsung tidur? Tentu tidak. Faktanya, menuliskan cerita hari ini lebih menarik. Sekarang jam 23.20 dan mataku sudah protes meminta segera dipejamkan.

Posting tulisan ini di hari Selasa, tiga pekan lebih berlalu sejak kejadian itu. Alhamdulillah tidak ada penyesalan atau kesal yang tersisa. Aku justru merasa perlu lebih hati-hati dalam bersikap, dan sungguh-sungguh memastikan setiap langkah bisa berjalan dengan baik. Bisa jadi, drama unik yang tiba-tiba datang adalah wujud “balasan” atas dosaku, atau bisa juga merupakan ujian yang harus kuselesaikan dengan sabar.

Aku tidak benar-benar tahu di luar sana, bagaimana orang lain menyikapi drama dalam hidupnya? Apakah bisa terima tanpa protes, atau justru menyalahkan keadaan?

Terima kasih sudah membaca. Sampai jumpa di cerita berikutnya ya

2 comments:


  1. August promises a lively finale with captivating drama, keeping us on the edge of our seats as the month unfolds its thrilling narrative. Excitement builds as we await the unexpected twists and turns in this end-of-summer spectacle.||File for Divorce New York||File for Divorce in New York

    ReplyDelete