Menjelang akhir bulan kemerdekaan tahun ini, BKN membuka pendaftaran CPNS di portal sscasn.bkn.go.id. Grup keluarga, alumni, sampai grup kerja ramai saling memberikan informasi formasi yang tersedia. Orang tua menyemangati anak-anaknya untuk segera memilih formasi dan melengkapi pendaftaran. Keluarga muda menyemangati pasangannya, kakak adik saling mengingatkan, bahkan ada yang membuat grup khusus CPNS se-Indonesia untuk masing-masing instansi tujuan demi berbagi materi persiapan dan informasi terbaru terkait proses rekrutmen.
Sementara di sosial media kalangan anak muda, tagar #JanganJadiPNS, #JanganJadiGuru, #janganjadidosen sempat trending di twitter beberapa waktu lalu. Sejumlah jabatan pemerintah di bagian layanan publik menjadi bulan-bulanan netizen karena dianggap gajinya kecil, tidak bisa mengubah status dari miskin menjadi kaya, dan terlalu banyak track record oknum yang disorot karena tidak mampu melayani publik dengan maksimal.
Sepuluh hari setelah dibuka pendaftaran, BKN merilis statistik pendaftar yang ternyata sudah mencapai lebih dari 1 juta pelamar. Pada saat BKN rilis data tersebut, beberapa instansi bahkan belum melakukan publikasi formasi di kanal BKN. Hanya ada file formasi yang sudah tersebar luas, yang katanya masih berupa usulan dan belum bisa dipastikan sampai formasi tersebut benar-benar muncul di sistem rekrut sscasn milik BKN. Berikut infografis dari akun resmi BKN:
Dari sejuta lebih pelamar, ketersediaan formasi CPNS tahun ini hanya sekitar 250.407 dari 69 instansi pusat dan 478 instansi daerah. Jika dibandingkan dengan data pengangguran bulan Februari 2024 dari BPS, jumlah pengangguran masih lebih dari 7 juta orang. Timpang? Sangat. Apalagi pelamar CPNS mayoritas bukan sepenuhnya pengangguran. Ya, umumnya pelamar CPNS bukan
fresh graduate (meskipun ada), tapi mereka yang sudah berpengalaman di dunia kerja kemudian ingin pindah jalur karir.
Kenapa Karir PNS Dicibir?
Pertama karena sebagian besar pelamar CPNS adalah orang-orang berusia kurang dari 35 tahun yang berpengalaman di dunia kerja. Pada pekerjaan sebelumnya, sebagian dari mereka sudah menikmati gaji cukup untuk membiayai kebutuhan sekaligus gaya hidup. Sementara ketika masuk dan lolos sebagai CPNS, gaji yang diterima mengikuti standar nasional sesuai ketentuan UU, jauh di bawah pendapatan mereka sebelumnya.
Kedua tentu saja, bagi fresh graduate besaran gaji bukan penyebab cibiran di kalangan mereka. Sebagian dari fresh graduate yang lulus CPNS, merasakan bahwa ritme kerja pada jabatan atau posisi mereka terlalu statis. Mereka yang ingin tantangan besar dalam pekerjaan, kedisiplinan tingkat tinggi, sekaligus penerapan reward and punishment seperti teori yang sudah dipelajari di bangku akademik merasa "dipatahkan" harapannya.
Ketiga, karir PNS tidak bisa menjanjikan kekayaan. Ya, mau bagaimana? Jika mengandalkan gaji pokok dan pendapatan lain sesuai ketentuan Undang-Undang, gaji PNS cukup untuk memenuhi kebutuhan pribadi di level standar, dan tidak mampu memenuhi gaya hidup yang semakin beragam. Apalagi bagi CPNS atau PNS dengan level jabatan pertama, tidak boleh terlalu berharap pada tunjangan dan lain-lain yang masih mempertimbangkan senioritas di lembaga masing-masing.
Apakah cukup sampai di sini? Belum. Tidak sedikit pejabat PNS yang dianggap slow-motion mengakibatkan pelayanan publik tidak berada di level maksimal. Adanya oknum yang suka mangkir dari pekerjaan utamanya melayani rakyat, korupsi waktu, malas menyelesaikan pekerjaan sesuai standar maksimal, bahkan menyalahgunakan jabatan demi kepentingan pribadi cukup sering menjadi sorotan. Apalagi pejabat negara yang harusnya menjadi contoh orang-orang dengan nilai etika sempurna ini ternyata ada juga yang menjadi pelanggar tingkat serius. Hal ini tentu menciderai kepercayaan masyarakat terhadap kredibilitas pejabat.
Tapi Kenapa Karir PNS Tetap Diminati?
Dari sejumlah alasan yang membuat karir PNS patut menjadi cibiran masyarakat, masih ada beberapa poin harapan yang masih menyala, diantaranya adalah:
1. Adanya Kepastian Masa Depan dan Janji Kestabilan Ekonomi
Baik dari sisi karir dan ekonomi, lulus CPNS berarti siap menapaki tangga karir sesuai dengan posisi yang diambil. Semakin lama jadi PNS, semakin tinggi jabatan yang berhak ditempati, artinya semakin besar pula potensi gaji dan tunjangan yang diterima.
Setelah selesai masa ikatan dinas dan masuk purna tugas, PNS berhak mendapat uang pensiun. Sejauh ini, pensiun merupakan sumber pendapataan dambaan umat manusia Indonesia. Siapa yang tidak tergiur kan ketika sudah tidak mampu bekerja tetap mendapat gaji dari negara? Bahkan bagi yang meninggal sebelum usia pensiun, pasangan yang menjadi ahli warisnya berhak menerima pensiun tersebut dengan kriteria tertentu.
2. Sejumlah Fasilitas
Dalam kunjungan kerja atau perjalanan dinas, semua tanggungan akomodasi plus uang saku dibayar lunas oleh negara. Beberapa posisi juga memberikan fasilitas khusus bagi anak PNS, seperti beasiswa jalur afirmasi, kemudahan pengurusan administrasi kependudukan, dan koneksi kolega yang luas.
Harus diakui bahwa koneksi adalah previledge yang jika dimanfaatkan dengan baik akan membawa kebaikan bagi banyak pihak. Meskipun di sisi lain, keistimewaan posisi ini rawan disalahgunakan oleh oknum. Bukankah munculnya korusi, kolusi dan nepotisme berawal dari kemudahan-kemudahan yang ingin dicapai dalam hidup?
3. Karier Jelas dan Cenderung Santai
Bagi orang-orang yang memprioritaskan ketenangan dalam bekerja, tidak menggebu-gebu sekaligus "aman" secara hukum, status PNS sangat ideal. Pekerjaan dengan status abdi negara ini mampu memberikan kenyamanan dan tidak menuntut kedisiplinan tingkat tinggi. Reward and punishment tidak bekerja secara sadis di instansi milik pemerintah. Bahkan di lapangan, sulit bagi pegawai pemerintah dengan status PNS ini dipecat atau diturunkan pangkatnya, kecuali melakukan kesalahan fatal. Pada level kesalahan yang tergolong "biasa-biasa saja", sulit bagi atasan bahkan BKN menerbitkan surat pemecatan. Maka kalau sampai ada PNS/abdi negara diberhentikan secara tidak hormat, berarti pelanggaran yang dilakukan sudah fatal.
4. Nilai Sosial Tinggi
Kita tidak bisa menutup mata atas fakta di sebagian besar masyarakat yang menganggap bahwa PNS adalah status pekerjaan yang "wow, keren!". Apalagi sekarang, untuk lulus seleksi dan mendapat NIP prosesnya sudah jauh lebih fair, terbuka, dan minim peluang kecurangan. Maka jika bisa lulus apalagi tanpa rekomendasi atasan, dianggap mampu menjadi bagian orang-orang hebat yang akan mengendalikan negara melalui lembaga pemerintah.
Benarkah Demikian?
Inilah masalahnya, karir PNS dicibir dan diminati pada waktu yang sama. Fakta ini tidak bisa dibantah dengan mudah, karena ada banyak data pendukung yang kuat menjadi alasan orang menilai sesuai perspektif masing-masing. Sebagai orang yang akhirnya lulus dan menjalani karir sebagai
dosen dengan status PNS, jujur kadang timbul rasa tidak nyaman menyikapi penilaian orang yang hanya berdasarkan asumsi pribadi.
Tidak jarang bertemu orang yang beranggapan, "Oh sekarang sudah jadi dosen, PNS pula. Pasti gaji dan tunjangannya banyak, nih? Boleh dong utang uangnya? Kan nganggur, belum ada tanggungan?" Atau "Halah jadi PNS doang, jangan sombong karena nggak bakal bisa jadi orang kaya kan?". Bahkan ada yang sampai menilai begini, "Perempuan kalau semakin tinggi pendidikan dan karir, bakal sulit dapat jodoh, lho. Kan cowok takut mau deketin karena ngerasa jomplang status sosialnya? Udah turunkan saja kriteriamu..."
Please, jangan tanya gimana perasaanku ketika menanggapi anggapan orang macam itu. Jika aku menjawab tidak sesuai ekspektasi, pasti asumsi mereka semakin liar. Sementara jika tidak dijawab, pun dipikir sombong. Baik, sebagai akademisi, aku harus realistis sekaligus logis, kan? Setidaknya demikian harapan orang-orang.
Pada praktiknya, manusia hidup dengan alur masing-masing. Karir sebagai PNS bukan status sosial yang layak dibanggakan habis-habisan. Sama halnya dengan karir lain, bukankah label duniawi ini sifatnya fana? Bagi saya, level kebanggaan dapat lulus sebagai dosen dengan status PNS hanya pantas terjadi saat menyadari diri mampu menyelesaikan tantangan dalam setiap proses seleksi, dan ternyata inilah jawaban doa atas karir terbaik yang harus saya tekuni sampai waktunya pensiun nanti.
Selebihnya, saya perlu lebih banyak bersyukur sekaligus berhati-hati menjalani takdir ini. Tidak ada seorangpun bisa menjamin keselamatan karir saya, pun jumlah rezeki yang bisa saya terima. Maka bagi adik-adik yang ingin mengikuti anjuran orang tua untuk daftar CPNS, tata kembali niat dan tujuan berkarir lewat jalur ini. Jika tujuan utamanya adalah materi, sebaiknya nyalakan lampu sein dan segera putar balik.
Akan tetapi jika ada tujuan lain yang lebih mulia seperti
memperbaiki kondisi negeri, menyelamatkan generasi masa depan, atau berperan
aktif sebagai pengambil kebijakan yang tidak materialistis, silakan perjuangkan
tujuan itu lewat jalur yang memang Allah ridhoi.
Jangan batal mendaftar karena takut dicibir, atau mendaftar
karena mengikuti trend di lingkungan sekitar. Percayalah, cibiran tidak
seharusnya menghalangi langkah sukses dan keinginan orang-orang di sekitar Anda
tidak selalu menyelamatkan masa depan.
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI
No comments:
Post a Comment