Wednesday 23 February 2022

Juara Tahfidz Jombang Membeli Pengalaman di PORSENI MI Jatim

Kanza-el-baroroh


Setelah terpilih sebagai juara 1 di cabang lomba Tahfidz PORSENI Kabupaten Jombang, Kanza El Baroroh dari MI Muhammadiyah 11 Pojokkulon mendapat kesempatan maju ke PORSENI Tingkat Provinsi Jawa Timur. Rasanya perjalanan kali ini perlu diabadikan. Maka jadilah catatan singkat ini, semoga mampu mengikat kenangan dan menjadikannya pelajaran di masa depan.

Sungguh, untuk menjadi seorang pemenang dibutuhkan banyak faktor pendukung. Mulai dari keseriusan dalam persiapan, latihan yang tak kenal lelah, dukungan dan doa orang-orang sekitar, kesiapan mental dan fisik, hingga ridha Allah swt. Menang dalam suatu perlombaan sungguh bukan kebetulan. Ya, sejatinya memang tidak ada konsep kebetulan di dunia ini, kan?

Tanggal 21-23 Februari 2022, PORSENI Tingkat MI se-Jawa Timur diselenggarakan di Tulungagung. Beberapa lomba dilaksanakan di lokasi berbeda. Khusus untuk cabang Tahfidz PORSENI, diselenggarakan di UIN SATU Tulungagung. Berikut cerita lengkap perjalanan salah satu kontingen dari Jombang mengikuti acara ini.

Kanza Sakit

Hari Jum’at sebelumnya, ada agenda pembekalan dari Kemenag Kabupaten Jombang. Caca (panggilan akrab Kanza) mengikuti acara tersebut hingga selesai. Sepulang dari sana, hujan turun. Saat ditawari pakai jas hujan, karena perjalanan itu menggunakan motor, Caca menolak


Porseni-jatim2022


Rupanya daya tahan tubuh Caca cukup baik sehingga hari Sabtu berangkat sekolah ia tampak sehat. Bahkan ada beberapa kelas minat dan bakat di hari itu, ia ikuti semua. Mulai dari pagi ada kegiatan kepanduan HW, tapak suci, setelah itu dia pilih badminton dan tahsin. Terbayang sudah lelahnya? Mungkin bagi anak-anak, tidak terasa.

Hari Ahad jadwalnya berangkat. Siang Kepala Madrasahnya berpesan untuk membeli tiket perjalanan terakhir di hari itu, jam 20.05 dari Stasiun Jombang. Kupesan 3 tiket, Untuk Caca, Kamad-nya, dan aku. Ya, karena Mbak Tuvi (Kamad-nya) juga sedang tidak fit. Sementara aku yang sudah mulai demam siang itu tidak bisa menolak permintaannya untuk mendampingi.

Lagi, aplikasi KAI Access tidak bisa digunakan memesan tiket milik orang lain saja, pemilik akun harus ikut serta dalam perjalanan tersebut. Jadi, ya… kalau beneran berangkat anggap agenda jalan-jalan.

Sampai sore, kabar Caca sakit cukup membuat kami patah hati. Demamnya makin tinggi, ia mengeluh pusing dan mual. Sungguh, kami tidak tega memaksanya tetap berangkat. Bahkan misal dia memilih menyerah, ya sudah.

Tepat setelah maghrib, Rahma sahabatnya sanggup menemani kalau Caca tetap berangkat. Saat itu Mbak Tuvi baru tahu kalau hasil swab antigen Caca paginya positif. Hanya karena tidak ada instruksi apapun dari panitia, sepertinya itu tidak akan menjadi kendala administrasi di sana. Jadi misal tetap berangkat pun, aman.

Bagaimana dengan Caca? Dia menyatakan sanggup berangkat. Dengan bekal ridha orang tua, keluarga, kami berangkat. Perjalanan ini membawa Kamad, Rahma sahabatnya, Caca, dan aku dengan mobil yang disopiri langsung oleh Kamad. Bismillah… kami mantapkan hati menuju PORSENI MI Jawa Timur di Tulungagung.

Menuju Lokasi PORSENI MI Jawa Timur

Perjalanan dengan mobil ternyata tidak semulus bayangan. Kami selesai berpamitan dan mulai mengaspal pada jam 19.05, tepat satu jam sebelum jadwal kereta datang di Stasiun Jombang. Sementara perjalanan dari rumah ke stasiun, butuh waktu sekitar 1 jam dengan mobil. Ah, rasanya rapalan doa adalah ucap paling mujarab yang bisa kami sebut sepanjang jalan.

- Drama Perjalanan Berangkat

Tujuan pertama kami adalah warung nasi bebek. Mbak Tuvi sudah memesan nasi untuk makan malam kami di jalan nanti. Setelah mengambil dan membayar pesanan, Caca bilang lupa bawa fotocopy KK. Padahal dokumen itu dipakai untuk syarat cek-in karena dia belum punya KTP anak. Jadilah beberapa menit kemudian kami menunggu kakaknya mengirim copy KK ke lokasi tempat menunggu.

Setelah dapat, perjalanan dilanjutkan. Aku cukp khawatir saat mobl memilih jalur memutar yang rawan padat meskipun sudah cukup malam. Lagi-lagi, aku tak ingin mengganggunya yang fokus menyetir karena pasti akan menambah beban pikiran.

Dalam hati kami hanya mampu melangitkan harap, “Jika perjalanan ini Allah ridhai untuk Caca menikmati pengalaman langka, mengikuti kompetisi tingkat Provinsi, maka semoga semuanya berjalan mudah dan lancar, apapun caranya.”

Di beberapa ruas jalan kami sempat menerima makian pengguna jalan lain yang kaget atau tak rela jalannya diserobot. Kami hanya bisa minta maaf dalam hati, berharap tidak ada kecelakaan terjadi di belakang sana.

Drama lainnya adalah: Rahma, sahabat Caca belum punya tiket. Aplikasiku tentu saja tidak bisa menambah pesanan tiket baru karena sudah dipakai. Kucoba hubungi beberapa orang yang sekiranya bisa membantu pesan tiket, hasilnya nihil. Oke, rapalan dzikir mengantarku pada ide: buat akun baru.

Baik, bismillah… bermodal NIK Rahma, nomor hp dan emailku yang lain, akun baru itu jadi dalam beberapa detik. Saat pesan, alhamdulillah bisa dihubungkan langsung dengan aplikasi LinkAja milikku. Allah… terima kasih sudah melancarkan semuanya.  

Saat tiket sudah siap semua, kami hampir saja terlibat kecelakaan. Mbak Tuvi menyalip tanpa memperhatikan kondisi depan. Ada pengendara motor yang hendak belok kanan, lalu dalam beberapa detik tragedi itu terhindar setelah Mbak Tuvi berhasil membanting setir. Kami tidak bisa berhenti. Jarak stasiun lima menit lagi. Semoga yang di belakang sana baik-baik saja.

- Harus Makan dan Minum Obat

Tepat jam 19.55 kami mendarat di depan stasiun. Parkir mobil, keluarkan semua barang termasuk selimut dan bantal, lalu beriringan menuju gate. Alangkah sulit mencari KTP Mbak Tuvi di saat seperti ini. Untungnya petugas tak terlalu pduli pada ID, lalu mempersilakan kami masuk. Alhamdulillah…

Kami bisa masuk kereta tanpa terlambat. Sungguh ini adalah bentuk keajaiban rencanaNya. Setelah perjalanan penuh debar itu, Caca butuh istirahat. Untung kursi yang berhasil kami pesan berhadapan. Selimut dan bantal ditata sedemikian agar Caca bisa istirahat sepanjang perjalanan.

Masalahnya tidak semudah itu. Pusingnya kembali datang, mengundang mual dan demam. Caca ingat belum minum obat. Dia minta obat, tapi kupastikan apakah sudah makan? Ternyata belum. Dengan enggan, syarat makan harus dipenuhi walau hanya beberapa suap. Setelah minum sirup paracetamol, ia bisa terlelap sampai tujuan.

Kami turun kereta sudah hampur jam 11 malam. Mana bisa pesan grab car jam segitu di daerah kecamatan yang cenderung sepi? Beruntung sekali tempat menginap kami adalah tepat Bu Lulus, teman Mbak Tuvi sekaligus rumah asalnya adalah tetangga kami. Dengan bantuannya dan teman beliau, kami bisa sampai kontrakan hampir tengah malam.

Setelah sholat, kutawarkan lagi Caca untuk makan, dan dia mau. Setelah itu minum sari kurma meski agak terpaksa, lalu tidur. Sampai sekitar jam 2 pagi kupastikan Caca dan Rahma bisa tidur pulas, lalu kususul memejamkan mata sejenak.

Hari Perlombaan

Menjelang adzan shubuh, mataku terjaga. Segera kuambil wudhu lalu bersiap sholat shubuh. Kucoba bangunkan Caca, dan dia belum bisa bergerak. Aduhai, dek…. bisa kubayangkan rasanya melalui perjalanan ini dalam kondisi tubuh kurang sehat.

Beruntung sekali hatimu kuat, tak mudah menyerah dan mengaku kalah. Kau tahu harus mengumpulkan puing semangat di saat jadwal begitu ketat. Sambil kusetel murrotal, kusampaikan pada Caca jadwalnya hari itu. Jam 7 pagi harus sudah siap di basecamp peserta, lalu bersama menuju tempat lomba.

Hari sudah terang ketika Caca sanggup untuk bangun, mandi air hangat, bersiap, sarapan dan minum obat sebelum berangkat. Kamis ampai di basecamp tepat waktu. Lalu menunggu dan bersama panitia menuju UIN SATU Tulungagung. Sampai di sana, mood Caca terlihat membaik.

Tak Ada Perjalanan Sia-Sia

Sampai di titik ini, kami memutar ulang perjalanan semalam dan bersyukur atas anugerah dari Allah. Betapa takdirNya, ridhaNya, kemudahanNya, kasih sayangNya, melimpah untuk kami, terutama Caca. Benarlah bahwa sebaik-baik kehidupan adalah bersama ahli Qur’an, ahlullah. Jika Allah sudah memuliakan keluargaNya, maka siapa yang bisa menghalangi? Tak mungkin ada.

Jika tujuan langkah kami bukan bersama Al Qur’an dan orang-orang yang berusaha menjaganya, mungkin tak akan semudah ini kisahnya diceritakan. Sungguh, rasanya tak pantas kami berharap lebih dalam kompetisi ini. Rasanya mungkin syukur kami belum cukup untuk mengimani apa yang sudah terjadi.

Hari itu, melihat Caca bisa masuk ruang lomba saja rasanya sudah lega. Berharap gadis cilik itu mampu menyelesaikan, menjawab tantangan, dan keluar dengan senyum adalah rangkaian doa berikutnya. Apapun hasilnya setelah acara, kami siap dan ikhlas.

Membeli Pengalaman di PORSENI Jatim 2022

Ya, menang bukanlah tujuan utama kami. Perjalanan ini adalah untuk membeli pengalaman langka yang tidak seorang pun benar-benar menjualnya. Perusahaan KAI hanya menjual tiket dan menyediakan jasa transportasi, tapi tidak ada yang menjual tiket masuk ruang lomba. Suatu saat, Caca harus menyadari betapa banyak limpahan rahmatNya hingga sampai di titik ini.

Porseni-UIN-SATU


Pada akhirnya, pengumuman lomba menyatakan bahwa nama Caca tidak masuk dalam daftar para juara. Tidak mengapa ya dek, perjalanan ini tak pernah sia-sia. Kalau kemarin kita naik kereta lokal untuk ikut lomba, siapa tahu di masa depan kau bisa naik kereta eksekutif, atau bahkan pesawat terbang untuk menjemput piala.

Pulang-porseni-jatim


Setelah pertengahantahun nanti, langkahmu untuk menuntut ilmu harus lebih jauh. Semoga akan lebih banyak kesempatan terbuka untukmu menjemput kemenangan. Semoga Allah senantiasa menguatkan hatimu, meluruskan niatmu, menjaga dirimu dari banyak godaan duniawi. Semoga secuil pengalaman yang berhasil kau beli di PORSENI MI Tingkat Jawa Timur kali ini, adalah langkah awal menuju podium kemenangan di kesempatan berikutnya.

 

17 comments:

  1. Aamiin ya rabbal'alamin.
    kok haru ya saya, Haha ... melow banget hati ini^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah membaca, kakakk.... 😄

      Delete
    2. Terima kasih sudah membaca, kakakk.... 😄

      Delete
  2. Untuk kereta lokal memang tidak ada swab ya mbak kita sehingga bisa tetap melanjutkan perjalanan.

    Alhamdulillah Caca dikuatkan Allah. Sehingga dalam kondisi sakit pin tetap semangat untuk melakukan perjalan dan mengikuti kegiatan. Semoga Allah ijinkan untuk menjadi penjaga Alquran ya Ca

    ReplyDelete
  3. Terima kasih mbk tulisan dan inspirasinya, mengajarkan kami akan kegigihan dan yang paling penting orang yang menjaga Al-Qur'an akan selalu Allah jaga

    ReplyDelete
  4. Terharu bacanya, tetap semangat. Semoga allah memberkahi caca

    ReplyDelete
  5. Wah, sudah keren kalau mau ikut lomba apalagi tahfiz. Semoga bisa nular semangatnya.

    ReplyDelete
  6. Tersentuh sekali dengan istilah "membeli pengalaman". Tentu ini sesuatu yang mahal sekali harganya ya, Kak. Sukses terus untuk Dek Caca.

    ReplyDelete
  7. Eh, maaf mbak… jadi Caca berangkat ketika hasil swab positif?

    Semangat terus Caca! 🥰

    ReplyDelete
  8. Semangat ya terus Caca, cepat sehat kembali.. pasti ada kesempatan lain yang lebih baik..👍

    ReplyDelete
  9. Pengalaman memang kadang harus dibeli dengan harga mahal dan penuh perjuangan.

    ReplyDelete
  10. Masya Allah Tabarakallah....

    ReplyDelete
  11. Nggak apa-apa belum jadi juara, pengalamannya itu berharga banget. Semoga ke depannya Caca bisa juara, selalu jaga kesehatan, dan semangat terus yaa

    ReplyDelete
  12. Masya Allah keren sekali kak. Bisa mewakili kota kelahiran itu memang sangat membanggakan. Jadi keingat waktu sya jadi atlit menuju tingkat provinsi.

    ReplyDelete
  13. merinding bacanya.. MasyaAllah.. memang bersama ahli quran, Allah selalu beri kemudahan.. sehat-sehat mba caca

    ReplyDelete