Thursday 30 September 2021

Cerita Misteri: Pasar Malam di Kebun Kosong Sebelah Rumah

 

cerita-misteri


Kami tinggal di komplek rumah tua, tanpa tetangga dekat. Sebelah kiri rumah adalah kebun salak. Sebelah kirinya lagi kebun pisang dan pohon jati, sebelahnya lagi lapangan bola. Seberang jalan depan rumah adalah rumah tua kosong yang sudah tidak ada gentingnya. Tinggal dinding rapuh yang berdiri tanpa atap. Sebelah kanan rumah kami adalah kebun salak, sebelum rumah tua yang utuh namun tidak berpenghuni juga.

Jam masih menunjukkan pukul 2 dini hari, saat ayah mendengar suara deru mesin truk yang berhenti tak jauh dari rumah namun mesinnya hidup sampai satu jam berikutnya. Ini aneh. Perkampungan kami jauh dari wilayah industri, jadi truk apa yang melintas sepagi ini? Kalaupun hanya lewat, harusnya mereka tidak berhenti terlalu lama. Apakah truk itu mesinnya rusak?

Baca juga: Puisi pesan untuk diri

Setelah satu jam lebih hanya mendengar dan membiarkan mesin truk itu menyala tanpa ada  pergerakan, ayah memutuskan keluar. Kemudian ketika sampai depan rumah hendak mendekati truk yang berhenti di kebun samping itu, truk mulai berjalan pelan lurus ke Timur, lalu berhenti di warung ujung jalan, dekat lapangan. Warung itu memang biasa buka hingga pagi. Karena sudah dirasa tidak ada masalah, ayah kembali masuk rumah.

Paginya, ibu bertemu tetangga pemilik warung ujung jalan itu. Kemudian terbukalah cerita yang didengarnya dari sopir truk semalam. “Sopir itu turun dari truk sudah seperti orang linglung, Bu.” Ibu yang niat awalnya belanja, tertahan mendengar cerita ibu pemilik warung.

Baca juga: Review Notes From Qatar 1

Setelah ditenangkan oleh anaknya yang sedang bergilir menjaga warung, barulah sopir truk itu bisa bercerita. “Saya aslinya dari Trenggalek. Mau ke PT.DMC, kirim pakan ayam. Kemarin sempat ada kendala, jadi saya baru bisa kirim malam,” jawab lelaki paruh baya itu ketika ditanya asal dan tujuanya.

PT. DMC merupakan salah satu perusahaan peternakan ayam yang berdiri di kampung kami. Letaknya di perbatasan desa sebelah timur, wajar jika melewati jalan depan rumah untuk menuju lokasi. Anak ibu pemilik warung itu melanjutkan pertanyaan, “Saya tadi lihat truk bapak berhenti di sana cukup lama. Apakah truknya rusak?”

“Tidak, tidak. Mesin truk saya tidak ada masalah. Hanya saya tadi heran. Saat masuk ke gang komplek ini, rasanya sepi. Wajar karena sudah dini hari. Saya lapar dan ingin mencari warung, Tapi setelah melewati beberapa rumah, sampai di kebun yang ada pohon jatinya itu kok ramai sekali. Makanya saya berhenti.” Pak Sopir memulai ceritanya.

“Ramai, Pak? Bapak nggak salah lihat?” Anak ibu pemilik warung bertanya heran.

“Iya, Le. Di sana tadi bapak lihat ada seperti ada pesta atau pasar malam. Ramai sekali. Banyak lampu, hiburan, banyak orang. Saya sempat lupa kalau ini sudah dini hari. Di sana antara seperti pesta atau pasar malam, seperti itulah. Banyak sekali orang. Saya berhenti, barangkali ada yang jual makanan, saya mau beli.”

Baca juga: Review Jalan Cinta Para Pejuang

“Terus, bapak beli makanan di sana?” Anak pemilik warung tetangga kami terus bertanya.

“Tidak, ada laki-laki setengah tua yang seolah mencegah bapak masuk ke pasar itu. Saya bertanya apakah ada warung di situ? Saya bilang kalau saya lapar, mau beli makanan.”

Orang tua itu bilang apa, pak?”

“Dia bilang, “kono, nang etan.” Seperti mengusir saya supaya tidak masuk dan menunjukkan kalau warung ada di sebelah timur.” Lelaki paruh baya itu menghela napas berat.

“Bapak kenapa di sana cukup lama?” Anak pemilik warung itu masih penasaran. Bapak sopir truk itu hanya menggeleng, “Saya tidak merasa berhenti di sana cukup lama, sampai saya menyadari bahwa ini sudah hampir pagi, bulu kuduk saya berdiri, kemudian saya masuk truk dan maju. Setelah sampai di lapangan, saya menoleh ke belakang hanya ada gelap. Tidak ada seperti pesta atau lampu warna-warni. Padahal ini masih dekat sekali, harusnya pasar itu masih terlihat, kan?”

“Itu kebun kosong, Pak. Kalau siang tampak jelas, isinya pohon pisang di bagian barat dan jati di bagian timur. Kebanyakan rumah tua di komplek ini kosong, kecuali rumah pertama paling timur, yang diapit kebun salak itu, dihuni suami istri dan anaknya.” Anak pemilik warung menjelaskan, Pak Sopir melongo.

Baca juga: Karya ODOP-ers Tembus Media

3 comments:

  1. Pas banget timingnya, cerita horor maljum 😂

    ReplyDelete
  2. Uwaw sekali ya mba. Tp emang bener si. Aku sendiri pernah merasakan kejadian gini. Tp ga smpek visual. Cuman kerasa banget auranya haha..

    ReplyDelete
  3. Lelaki setengah tua itu bukan bapaknya yang bercerita kan?

    Horor tiba-tiba semua adalah hantu, termasuk narator heheheh

    ReplyDelete